Selasa, 15 Desember 2020

Start Up

SINOPSIS DRAMA START-UP

Mengambil latar belakang di Sandbox yang sering disebut sebagai Silicon Valley-nya Korea dan bercerita tentang orang-orang yang bergelut dalam dunia startup.

Seo Dal Mi (Bae Suzy) bermimpi untuk menjadi Steve Jobs. Ketika ia membutuhkan sejumlah uang untuk memulai perusahaan startup, Dal Mi memutuskan berhenti kuliah dan bekerja paruh waktu.

Di tengah keterbatasan yang ia miliki, Dal Mi punya impian dan semangat yang besar.

Di sisi lain ada Nam Do San, pendiri Samsan Tech yang dikenal jenius dalam bidang matematika. Sayangnya selama 2 tahun terakhir ia mengalami banyak kegagalan saat melakukan investasi.

Do San ternyata adalah cinta pertama Dal Mi yang menurutnya sangat keren. Do San kemudian memutuskan untuk bekerja sama mendirikan startup baru bersama dengan Dal Mi.

Sementara itu, Han Ji Pyung (Kim Seon Ho) mendirikan startup untuk melunasi hutang-hutangnya. Sebelumnya ia bekerja sebagai ketua tim di SH Venture Capital.

Kecakapan dan keahliannya membuat Ji Pyung dijuluki sebagai “Gordon Ramsay dalam investasi”. Meski ia terkenal dingin dan cuek, ternyata Ji Pyung punya sisi hangat untuk seseorang yang berarti di masa lalunya.

Terakhir ada CEO Won In Jae (Kang Han Na) yang merupakan tipe impian semua orang: latar belakang pendidikan baik, cantik, dan kaya.

Namun ia justru menganggap semua yang dimiliknya sebagai kelemahan dan ingin meraih kesuksesan dengan caranya sendiri, bukan karena keluarganya.

Karena tidak ingin digunakan sebagai pion dalam papan catur sang ayah, In Jae memutuskan masuk ke dalam dunia startup.

PEMERAN UTAMA

Bae Suzy sebagai Seo Dal Mi
Nam Joo Hyuk sebagai Nam Do San
Kim Seon Ho sebagai Han Ji Pyung
Kang Han Na sebagai Won In Jae

====

View Start Up

 

 

 

Kamis, 14 Mei 2020

Morowali


Sy copas dr grup wa tetangga, menyambung ttg semelter n disiplin proyek di Sulawesi.
klo tulisan berikut laporan pandangan mata langsung dari seorang kawan di perusahaan RRC yg beroperasi di sulawesi.

Dear teman2, terkait masalah cina ini saya ada pengalaman menarik ketika diberi kesempatan ke Morowali, atas kebaikan komandan KBL.

Melihat salah satu perusahaan pertambangan nikel di sana. Yang sudah memiliki smelter  jadi nikel di ekspor bukan dalam bentuk bijih nikel, melainkan dalam bentuk lembaran-lembaran nikel. Kebetulan pemiliknya adalah orang china.

Saya ingin berbagi kekaguman dan keheranan melihat susana di sana. Saya terasa berada di luar negeri. Baik dalam cara hidup dan bekerja. Paling tidak saya teringat ketika tinggal di daerah Caltex, tempat orang tua saya bekerja.

Saya tidak memihak dan tidak ada urusan dukung mendukung terkait dengan banyaknya tenaga asing yg masuk akhir akhir ini dan jadi oembicaraan hangat ditengah merebaknya wabah covid-19. Tapi ingin berbagi dari sudut pandang yang berbeda, seperti dibawah ini. Sehingga kita tidak perlu bertanya-tanya lagi. Atau bahkan membuat konklusi sendiri yang kadang jauh dari kenyataan.

1. Kawasan industri dibangun selayaknya kawasan industri moderen yang baik dan benar. Mensyaratkan adanya living space, public health, food service, dan government authorithy

A. Dengan adanya Living Space  (tempat tinggal) yang dekat dengan pabrik, maka karyawan tidak memerlukan kendaraan untuk berangkat kerja. Biaya kredit kendaraan dan bbm menjadi NOL. Mereka tidak perlu stress memikirkan kredit bulanan motor dan biaya lainnya. Tempat tinggal mereka sekelas apartemen atau rumah susun menengah atas, dengan sewa yang relatif murah (500 ribuan per bulan)

Bayangkan di lokasi lain, karyawan hanya menyewa rumah sederhana di sekitar pabrik. Bahkan tidak jarang jauh dari pabrik. Kelelahan menuju pabrik saja sudah membuat mereka stress.

Living Space ini dikelola oleh perusahaan khusus. Memastikan pembayaran tepat waktu dan kebersihan terjaga. Sepelemparan batu dari sana terdapat lapangan futsal, badminton, dan volly. Dibuka hanya pada jam tertentu dan saat libur.
Oh ya, per enam bulan mereka dapat pembagian sepatu dan seragam khusus.

B. Dengan adanya Public Health , karyawan tidak memerlukan lagi antri berjam-jam di rumah sakit jika ada gangguan kesehatan. Jika tidak ada, bisa dibayangkan hanya untuk memastikan flu biasa atau sakit yang lainnya, di pabrik lain karyawan perlu izin sehari. Di sana karena ada sekitar 10 klinik dengan sekitar 15 dokter dan ratusan perawat, maka dalam setengah jam mereka sdh bisa diperiksa. Apakah perlu izin istirahat atau tetap bekerja. Obat-obatan disediakan gratis. Karyawan bisa berhemat waktu dan uang.

C. Dengan adanya Food Service , kita tidak akan melihat ribuan karyawan keluar pabrik dan makan di pinggir jalan. Warung kumuh sebagaimana halnya dengan pabrik di tempat lain (Jakarta dan Bekasi, misalnya) Kesehatan mereka menjadi  taruhannya.

Tapi di sini,  makan mereka diantar ke tempat istirahat dan mereka bisa makan dengan tenang kemudian sholat. Kebersihan makanan sudah sangat tentu terjaga. Tanpa perlu ke luar area pabrik.

Mereka butuh sekitar 1000 ekor ayam dalam satu hari. 400 kg telur.  Ratusan kilo sayur dan buah. 1.2 ton beras yang dimasak hanya sekitar 45 menit dengan peralatan yang super modern. Beras masuk ke dalam mesin.  Dicuci dan dimasak langsung. 45 menit kemudian, cling....jadi nasi. Puluhan orang kemudian memasukan nasi tersebut ke dalam kotak khusus tempat makan. Dilengkapi kemudian dengan sayur, buah dan kerupuk. Siap antar ke tempat masing-masing divisi, melalui troli-troli khusus.

Oh ya, sekali menggoreng kerupuk 400 kg untuk satu hari. Maklum orang kita suka makan dengan kerupuk. Kuali penggorengnya sebesar kuali orang betawi memasak dodol. Chef nya beberapa dari hotel terkenal di jakarta.

Cold storage nya mampu menampung bahan makan untuk seminggu lebih. Tidak terbayangkan saat kondisi pandemi covid-19 ini. Bagaimana mereka memenuhi bahan makanan ini (?). Atau saat lebaran dan tahun baru dimana semua harga melonjak. Padahal karyawan harus tetap makan.

D. Government authority saya lihat ini belum berjalan baik. Khususnya pemda setempat.  Nanti lain waktu saya ceritakan. Bagaimana tabiat orang kita "mencuri dalam kesempatan"

Keempat syarat itulah yang dibutuhkan dalam suatu kawasan industri modern. Kawasan industri lainnya di Indonesia jarang ada yang menerapkan demikian. Jadi jangan heran investor memilih negara lain dibandingkan dengan Indonesia. Itu sebabnya Presiden Jokowi heran tahun lalu. Mengapa sedikit sekali investor yang memindahkan perusahaan mereka ke Indonesia.

Seharusnya masalah living space di atas bagian dari kebijakan pemerintah. Paling tidak dalam hal menyiapkan lahannya.
Di Indonesian Morowali Industrial Park ( IMIP) mereka membuatnya sendiri.

Ini agaknya harus menjadi catatan khusus pemerintah jika ke depan hendak mendirikan industrial park. Keempat syarat di atas menjadi mutlak.

2. Dengan kondisi pelayanan seperti di atas, ternyata masih banyak karyawannya yang tidak betah. Khususnya yang berasal dari Indonesia.
Mengapa bisa terjadi demikian? Barangkali cerita dibawah ini bisa menjelaskannya.

3. Ketikasampai di lobby penginapan. Saya terkagum-kagum. Semua ruangan sangat simpel. Gedung hotel sekelas bintang lima tersebut sengaja didisain tidak rumit. Namun tetap menarik. Sepertinya mereka memikirkan dalam hal memudahkan perawatan.

Meja resepsionis clear dari barang-barang yang tidak perlu. Semacam pernak pernik hiasan dan ukiran. Hanya ada bel kecil dan balpoint serta kertas.
Model kursi dan sofa nya juga tidak rumit dan penuh ukiran. Tentu sangat memudahkan untuk dibersihkan pula.

Demikian juga dengan struktur bangunannya. Semuanya memudahkan untuk dibersihkan. Tapi tetap memenuhi estetika sebuah hotel berbintang secara arsitektural.
Tidak ada ukiran dan lukisan mewah. Tapi tetap menarik. Petugas resepsionisnya hanya satu orang. Lobby yang lapang dan lega serta langit-langitnya yang tinggi membuat sirkulasi udara menjadi bebas. Tidak ada patung mewah dan lukisan mahal terlihat.

Memasuki restoran ketika sarapan semua tampak sederhana dan lengang. Menunya pagi itu ada ala western, chinese, dan Indonesia.
Saya heran, kok lengang dan tidak ada yang sarapan?
Ketika saya tanya mengapa sepi. Dijawab oleh petugas restoran, bahwa semua sudah sarapan dan berangkat kerja. Ok

Siangnya ketika saya datang sekitar jam satuan untuk makan juga begitu. Restoran  itu juga terlihat sepi. Jawabannya sama. Semua sudah makan dan berangkat kerja.
Esok paginya saya sengaja datang lebih awal. Jam setengah tujuh. Baru terlihat para ekspatriat makan.
Semua tertib. Tidak ada yang ngobrol sambil makan. Selesai mengambil sarapan, makan. Selesai makan langsung ke luar restoran.
Sementara saya selesai sarapan ngobrol-ngobrol dulu dengan rekan satu team. Ngalor ngidul sebelum berangkat survey. Giliran mereka yang heran melihat saya demikian.

Oh ya, di tiap meja restoran hotel sekelas bintang lima itu tidak ada pernak pernik hiasan semacam bunga cantik kecil dalam vas unik.
Begitu efisiennya mereka dalam hidup. Buat apa lukisan mahal, patung berkelas, bunga hidup dan vas cantik? Bukankah semua itu pemborosan?

Trus mengapa saya bisa mengatakan hotel itu sekelas bintang lima?
Memasuki kamar hotel dan melihat fasilitas di dalamnya baru terasa.

Sorenya saya ke living space. Semua terlihat rapi. Ada kantor pengelola di sebelah kanan lobby dan kantin/mini market di sebelah kirinya. Semua yang masuk melepaskan alas kaki. Itu sebab lantainya licin dan mengkilap. Jauh dari kesan hunian buruh pabrik.

Kemudian dijelaskan oleh pengelola mengenai aturan tinggal di sana. Antara lain yang jualan kue dari penduduk setempat tidak boleh masuk ke areal tempat tinggal. Hanya boleh di luar pagar. Begitu juga dengan laundry. Tempat olah raga hanya dibuka pada sore hari dan diwaktu libur. Di luar itu tidak boleh.

Melihat "mini marketnya" saya jadi ingat KPK dengan program nya kantin jujur. Silahkan ambil barang. Catat dibuku yang sudah disediakan. Kemudian masukan uang pada kotak disebelahnya sesuai jumlah harga yang kita beli.

Aturan lainnya,  dilarang juga bergerombol dan ngobrol di luar apartemen. Ada ruangan yang disediakan. Serba tertib dan penuh aturan.

Pantesan suatu sore ketika saya menuruni hotel menuju kolam renang dan pantai tidak ada satupun yang berenang dan main di pantai. Baik pagi maupun sore hari. Jangan-jangan peraturan yang berlaku di apartemen ini juga berlaku buat direksi.

Saya yang tadinya mau berenang di hari biasa jadi mengurungkan niat.
Dugaan saya benar. Ketika saya tanya kepada petugas yang berkeliling, mengapa sepi dan tidak ada yang berenang. Kan bukan hari libur pak, jawabnya. Demikian juga di pinggir pantai. Tidak ada satupun yang terlihat.

Sorenya ketika hendak kembali ke Jakarta via Kendari, saya berkesempatan naik pesawat Cessna barengan dengan beberapa direksi.  Menuju ke private bandara (mereka memiliki lapangan udara sendiri) saya melewati beberapa bangunan pabrik. Dari luar terlihat sepi.

Saya membayangkan yang bekerja di dalam tentu sangat sibuk sekali. Hampir 40 ribu tenaga kerja dalam tiga shift (35 ribu orang Indonesia, 5000 ekspatriat China). Karena menggunakan teknologi tinggi (konon pertambangan nikel yang diolah langsung menjadi lembaran lembaran nikel itu menggunakan teknologi moderen dan canggih) , maka semua harus disiplin.  Jika tidak tentu hasil akhir yang akan jadi taruhan. Dan disiplin itu harus dimulai dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari cara hidup di living space. Memanfaatkan public health dengan benar. Dan tentunya makan tertib dengan menu yang sudah disediakan. Termasuk mengikuti jadwal olah raga yang sudah ditetapkan.

Sore yang cerah itu pesawat Cessna berpenumpang 10 orang itu terbang dengan tenang. Setenang laut biru teluk Morowali dibawahnya. Mengantarkan rombongan ke Bandara di Kendari. Kembali ke Jakarta dengan pesawat berikutnya.

Semoga anak-anak muda dari sekitar Sulawesi dan beberapa wilayah lainnya di Indonesia yang bekerja di sana dapat beradaptasi dengan model kerja dan kehidupan di pabrik canggih tersebut, sembari menyerap ilmunya. Kuncinya hanya satu: DISIPLIN.

Konon kabarnya sebentar lagi akan berdiri pula pabrik battery yang bahan utamanya nikel. Tentu membutuhkan pekerja yang banyak dan harus memiliki kedispilinan yang tinggi pula.
Karena dari teknologi yang hanya menghasilkan bijih nikel, tentu berbeda dengan teknologi yang menghasilan nikel dalam bentuk lembaran. Apalagi kalau sudah berubah menjadi battery. Tentu lebih tinggi lagi teknologi dan kedisiplinan yang diperlukan.

Note:
Mengenai government authority nanti saya akan cerita kalau momennya pas..

 

Senin, 27 April 2020

Shu Qi’s Selfie With Stephen Fung


Shu Qi’s Selfie With Stephen Fung Playing With His Phone In The Background Looks So Familiar


Senin, 06 April 2020

Kata-kata Mutiara Bob Sadino


Sumber: https://www.liputan6.com/


1. “Orang pintar kebanyakan ide dan akhirnya tidak ada satu pun yang jadi kenyataan. Orang goblok cuma punya satu ide dan itu jadi kenyataan.”

2. “Orang Goblok sulit dapat pekerjaan, akhirnya buka usaha sendiri. saat bisnisnya berkembang, orang goblok mempekerjakan orang pintar.”

3. “Orang pintar maunya cepat berhasil, padahal semua orang tahu itu impossible! Orang goblok cuma punya satu harapan, yaitu hari ini bisa makan.”

4. “Orang pintar yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang bodoh tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.”

5. “Orang pintar berpikir aku pasti bisa mengerjakan semuanya, sedangkan orang bodoh menganggap dirinya punya banyak keterbatasan sehingga harus dibantu orang lain.”

6. “Orang pintar menganggap sudah mengetahui banyak hal, tetapi seringkali melupakan penjualan. Orang bodoh berpikir simple, yang penting produknya terjual.”

7. “Orang pintar sering menganggap remeh kata fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang bodoh tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.”

8. “Orang pintar merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang bodoh seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.”

9. “Orang Goblok itu ga banyak mikir yang penting melangkah, Orang pintar kebanyakan mikir akibatnya tidak pernah melangkah.”

10. “Orang pintar belajar keras untuk melamar pekerjaan. Orang goblok itu berjuang keras untuk sukses agar bisa bayar pelamar kerja.”

Minggu, 29 Maret 2020

Dokter2 TNI di Wisma Atlet



Dokter2 TNI yang dikirim tugas masuk Rumkit Khusus Covid-19 di Wisma Atlet, tidak boleh keluar selama 3 bulan dan tidak boleh bertemu keluarga.

Sebagian dari mereka mungkin akan gugur dalam tugas ๐Ÿ˜“

Sebelum masuk mereka berkumpul menyanyikan lagu “Hidup ini adalah kesempatan”, sangat menyentuh hati.

Mari kita Doakan mereka ๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป

Sabtu, 28 Maret 2020

KABAR DARI TEMAN KITA DI WISMA ATLET

Copas dari FB Hery Santoso
27 Maret 2020



Saya M, usia 33 thn, saat ini sedang diisolasi di Wisma Atlet bersama suami saya, W, 35 thn. Status suami adalah PDP, bermula dari operasi gigi bungsu tgl 14 Maret 2020.

Gigi bengkak dan sakit, disertai demam. Kemudian sakit maag dan keluar bintik merah, tidak ada batuk, pilek atau sesak napas sampai hari ini. Juga tidak ada riwayat ke LN selama 1 thn belakangan ini. Tidak bertemu dengan orang dr LN selama 14 hari belakangan ini. Namun demam tidak kunjung turun.

Tgl 20 Maret 2020, atas rujukan dokter IGD, dilakukanlah test darah dan rontgen. Ternyata di paru-paru ada flek dan kami melakukan "self isolation".

Anak-anak dan orang tua kami pindahkan ke rumah saudara. Tgl 23 Maret, karena bintik merah semakin banyak, kami kembali ke RS dan melakukan CT Scan. Hasilnya menunjukkan "crazy paving", lalu kami dirujuk ke RS rujukan untuk covid. Kami sempat ditolak 2 kali. Tidak ada RS yg mau menerima pasien dengan gejala viral (karena dicurigai Covid-19) kecuali penderita sudah swab dan negative.

Akhirnya kami disuruh ke Wisma Atlet. Saya dengan status ODP tanpa gejala boleh pulang. Namun saya memutuskan untuk ikut isolasi karena mempertimbangkan kondisi tempat tinggal yg padat penduduk. Demi menjaga keselamatan seluruh masyarakat di sekitar kami.

Hari ini, tanggal 26 Maret 2020, hari ke 4 kami diisolasi. Saya agak sedih, ya... mendengar pemberitaan di luar yg menyudutkan Pemerintah dan semua staf dokter dan suster serta semua tenaga kerja di sini.

Awalnya memang saya juga panik dan bingung. Saya juga awalnya marah-marah di sini. Tapi saya kembali berdoa kpd Tuhan (saya didampingi oleh penatua gereja by WA dan telp) dan akhirnya bisa berpikir jernih.

Pemerintah sudah sangat membantu dgn mendirikan Wisma Atlet. Semua yg ada di sini FREE. Sekali lagi, Free..., gratis. Yang masuk hari pertama seperti saya, pasti mengalami kondisi kacau-balau. Menurut saya, sih... wajar, karena sebuah tempat yg pada dasarnya bukan instalasi kesehatan, tapi dibuat menjadi tempat isolasi. Tidak mudah dan tidak enteng.

Hari ke 3 sudah ada perkembangan yg signifikan. Selama di sini kami dapat nasi kotak sehari 3 kali dan air minum. Di hari ke 3 dibagi termometer. Apabila demam diberi paracetamol dan vitamin C.

Tapi kami diingatkan untuk membawa barang-barang dan obat-obatan pribadi, ya... Karena di sini adalah isolasi mandiri. Ini yg kurang disosialisasikan oleh pihak "RS Wisma Atlet" ini.

Kami ke sini dengan bayangan bahwa Wisma Atlet menyediakan infus dan obat. Padahal tidak ada, BUKAN TIDAK DIBAGI ya... Jadi memang belum masuk obat-obatan. Tidak seperti yg diberitakan di luar yg katanya "saya dibiarkan, nggak dikasih obat".

Actually, mereka memang belum punya obatnya. Jadi tolong, yg ada uang daripada menimbun masker dan lainnya, mending uangnya buat membantu pemerintah saja.

Di hari ke 3, kita juga mendapatkan snack, isinya kue-kue.

Hari ini, hari ke 4, di kamar sudah didistribusikan dispenser dan aqua galon (merk AQUA ๐Ÿ‘๐Ÿ‘) Btw, makanan di sini enak lho, ada susu, ada buah, sayur, daging (kayak nasi kotak acara seminar ๐Ÿ˜Š).

Dari hari pertama ke hari ke 4, perkembangannya sudah pesat sekali.

Saya sedih sekali mendengar pemberitaan yg sedikit-sedikit menyudutkan dan menjelek-jelekan pemerintah. Dari pengalaman saya di sini, saya melihat pemerintah sudah maksimal.

Ada berita yg mengatakan "pemerintah tidak siap menghadapi Covid-19" ya, keles... Siapa juga yg siap?? Kita negara dengan penduduk terbanyak no 4 di dunia (kalau tidak salah ya), dan pada susah diatur. Pada saat saya mengantarkan suami saya keliling RS tgl 23 Maret, saya berhenti untuk ke toilet di daerah Cideng. Penuuh..., orang pada lagi ngopi cantik ๐Ÿ˜‘๐Ÿ˜‘๐Ÿ˜‘

Terus, (mereka yg pd ngopi bareng itu) kalau kena Covid, lalu marah-marah ke pemerintah? Situ sehat? Saya sudah WFH dr tgl 16 Maret. Nggak keluar.

Intinya, masyarakat Indonesia yg saya sayangi, STOP deh, menjelek-jelekan pemerintah. Justru kasih bantuan yg berarti. Pemerintah sudah maksimal, kalau kita cuek, bagaimana bisa? Bagi yg bs menyumbang, tolong sumbang. Jangan numpuk masker, jangan nimbun gloves, jangan mborong hand sanitizer lalu disimpan di rumah.

Bagi yg tdk bisa nyumbang apa-apa, TOLONG DIAM DI RUMAH. Jangan ke mana-mana. Covid ini nyata dan benar-benar bisa kena ke kamu. Iya, KAMUU...

Ini negara kita bersama-sama. Kita tinggal, besar, cari makan di sini. Kalau kamu selamat tapi ekonomi lumpuh, tdk ada gunanya juga, kan ๐Ÿ™๐Ÿป

Saya sedih banget, apalagi pas dengar ibunda pak Jokowi baru meninggal. Turut berduka-cita sedalam-dalamnya ya, pak❤

Kemudian saya berdoa dan merenung,
Wisma Atlet itu kalau dibandingkan dgn hotel bintang 5 dan rumah kita, ya kalah jauh laah... Tapi kami di sini, mengisolasi diri, demi keamanan dan keselamatan org-org yg kita sayangi. Sabar dan semangat ya, yg di dalam sini ๐Ÿ’ช๐Ÿป.

Bagi keluarga kami yg di luar sana, plis, jangan membujuk-bujuk kami via telpon, tanya kapan swab? Atau membujuk kami, "kalian keluar aja lah", dll. Alangkah baiknya kami ditenangkan di sini. Kami ini sudah stress di dalam sini. Tak perlu lah presure dr luar. Saya mengalami sendiri pas masuk di sini tuh stress dan bingung, tidak tau mau apa. Puji Tuhan, akhirnya ada yg bisa menenangkan, ingat kembali ke Tuhan. Percayalah ke pemerintah dan positive thinking saja. Bagi yg masih "stay at home", terima kasih ❤๐Ÿค—, buat yg masih ngongkrong, terus gak penting banget tapi pergi-pergi, Anda dapat salam dr Covid.

Terakhir, saya cuman mau bilang, terima kasih kepada bapak Presiden Jokowi, semua jajaran pemerintah, dokter dan suster. Tidak lupa para aparat TNI dan POLRI yg berjaga di pintu masuk, yang sudah menenangkan saya pas saya nangis-nangis sesenggukan kemarin. Well for your information, Indonesia gak kalah keren kok dr luar negri ❤

Oh iya, kalau ketemu semua petugas garis depan covid, jangan marah-marah ya... Kita memang panik, tapi mereka hanya menjalankan tugas mereka, kok. Semangat Indonesia ๐Ÿ’ช I love Indonesia ❤

Ayo kita gotong-royong, sama-sama bantu negara Indonesia keluar dari pandemic ini. Jangan malah ikut menjelek-jelekan pemerintah ya. ๐Ÿ˜Š๐Ÿ™๐Ÿป


Wisma Atlet 26 Maret 2020

Rabu, 25 Maret 2020

PEMENANG NOBEL INGATKAN WABAH CORONA AKAN MEREDA


Jangan panik bila mendengar ada kenaikan jumlah pasien Corona yang berlangsung begitu cepat.

Dalam sebuah epidemi kenaikan jumlah adalah hal normal, namun perlahan-lahan jumlahnya akan menurun tajam.

Ini adalah pesan yang disampaikan Michael Levitt,  ahli biofisika dan pemenang Nobel asal Stanford. yang memprediksi akan ada peredaan wabah Corona dalam waktu tak terlalu lama (LA TIMES, 23 Maret 2020).

Levitt sebelumnya secara akurat memprediksi penurunan wabah Corona di China.

Levitt tidak percaya wabah Corona di dunia akan berlangsung berbulan-bulan dan memakan korban jutaan orang.

"Yang kita harus lakukan adalah jangan panik!" katanya. Secara umum, katanya "kita akan baik-baik saja".

Bagi Levitt, menerapkan social distancing yang masuk di akal (resonable social distancing), sudah cukup untuk mencegah berjatuhannya korban secara cepat. 

Dari pengamatannya, terdapat pola serupa di dunia.

Pada awalnya akan ada 'ledakan', peningkatan secara cepat  jumlah orang yang teridentifikasi terkena Corona. Seiring dengan itu, jumlah orang yang meninggal pun akan bertambah dengan cepat.

Jumlah korban ini di hari-hari berikutnya akan terus bertambah, namun dengan laju yang lebih rendah.  Bila laju penambahan jumlah secara konsisten menurun di banding hari-hari sebelumnya, itu adalah tanda-tanda bahwa wabah akan mereda.

Levitt sebelumnya secara tepat memprediksi meredanya wabah Corona di Cina.

Setelah mempelajari statistik korban,  pada 1 Februari, Levitt mengeluarkan prediksi yang dikutip banyak media Cina, bahwa kasus Covid-19 di negara itu akan mencapai 80.000 korban dengan 3.250 meninggal

Ramalannya kurang lebih akurat. Pada 16 Maret, jumlah penderita Corona mencapai 80.259 kasus dengan 3.245 meninggal. Penambahan pasien setiap hari saat ini sudah sangat sedikit. Dapat dikatakan, epidemi di Cina sudah berakhir.

Levitt  yang memenangkan Nobel pada 2013, memprediksi negara-negara lain pun akan mengikuti pola serupa, bahkan tanpa harus menjalankan sistem lockdown ketat seperti yang dilakukan Cina.

Ia kini menganalisis data dari 78 negara yang melaporkan adanya penambahan 50 kasus baru setiap harinya. Dia melihat adanya 'tanda-tanda pemulihan' di banyak negara itu.

Yang menjadi fokus perhatiannya bukanlah total jumlah kasus, namun jumlah kasus baru yang teridentifikasi setiap hari.

 “Jumlahnya tentu saja masih mengkhawatirkan, tetap tanda-tandanya jelas bahwa ada pelambatan kenaikan."

Dia bahkan melihat itu terjadi di Iran. Meski penambahan kasus di Iran  setiap hari masih konstan (di atas 1.000), namun Levitt percaya Iran sudah melewati puncak krisis. "Iran sudah melewati titik tengah perjalanan."

Levitt juga menunjukkan apa yang terjadi di kapal Diamond Princess sebagai kasus penting. Diamond Princess adalah kapal di mana para penumpang berinteraksi secara intensif selama berhari-hari. Di kapal itu ada 3.711 penumpang, 712 terinfeksi dan 8 meninggal.

Artinya, dalam kapal sepadat itu, yang terkena mencapai 19,2%. Tapi yang meninggal 1,12% dari yang positif Corona.

Levitt menyatakan, masyarakat tidak boleh menganggap remeh Corona. Tapi juga jangan terlalu panik.

Dalam hal ini ia mengeritik media yang menciptakan kepanikan dengan menonjolkan data-data penambahan jumlah korban dan kisah orang terkenal yang terkena. 

Levitt bahkan mengritik langkah-langkah lockdown atau  menutup roda ekonomi yang pada gilirannya akan melahirkan kekalutan kesehatan tersendiri, akibat tingginya jumlah orang yang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian. Ia memperingatkan penelitian-penelitian yang menunjukkan peningkatan jumlah orang bunuh diri tatkala spiral ekonomi menurun.

Virus ini hanya akan tumbuh secara eksponensial bila tidak ada kontrol terhadapnya, kata Levitt.

"Kondisi sesungguhnya jauh dari tahap kehancuran sebagaimana yang mungkin dibayangkan."

Levitt juga merisaukan bahwa kepanikan akibat informasi tentang dampak Corona yang berlebihan akan mengakibatkan banyak orang takut dan justru tidak mau menyatakan dirinya terkena. "Mereka yang secara berani menyatakan dirinya terkena virus harus diperlakukan sebagai pahlawan," ujar Levitt.

https://www.latimes.com/science/story/2020-03-22/coronavirus-outbreak-nobel-laureate

Selasa, 24 Maret 2020

Situs Resmi Covid-19


Saudara sekalian, mulai sekarang jangan hiraukan
informasi mengenai Covid-19 yang berseliweran
di grup WA, atau broadcast WA, atau media sosial
lainnya.

Pantau info Covid-19 di situs resmi
yang bisa dipertanggungjawabkan.

1. Nasional https://www.covid19.go.id/
2. Jawa barat https://pikobar.jabarprov.go.id/
3. DKI Jakarta https://corona.jakarta.go.id/
4. DIY https://corona.jogjaprov.go.id/
5. Jawa Tengah https://corona.jatengprov.go.id/

STOP Hoax
STOP sebarkan informasi yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan

Dua tulisan bagus ttg lockdown di Wuhan


Lock Opo Tumon
23 March 2020
Oleh : Dahlan Iskan

Milan dan Wuhan ternyata beda. Sama-sama di-lock down tapi tidak sama prakteknya.

Itu baru diketahui setelah 300 dokter dari Tiongkok tiba di Milan, Kamis petang lalu.
Mereka diperbantukan di Italia yang kian kewalahan.

Di Wuhan sendiri sudah tidak ada pasien baru, Rabu lalu. Demikian juga Kamis keesokan harinya.

"Lock down di Milan ini ternyata longgar sekali," ujar dokter dari Tiongkok itu.
"Kendaraan umum masih ada yang jalan. Masih ada orang yang terlihat di lalu-lalang,"
tambah dokter itu seperti dikutip di media di Tiongkok.

Bagi orang Italia mungkin itu sudah dianggap lock down yang mengejutkan.
Yang sangat mengerikan. Kota sudah dinilai sebagai kota mati.
Jalan-jalan sepi. Toko-toko tutup.

Tapi bukan seperti itu yang dimaksud lock down di Wuhan.
Kendaraan umum sama sekali tidak diperbolehkan beroperasi.
Bukan hanya dikurangi. Orang harus benar-benar berada di dalam rumah masing-masing.

Karena lock down di Italia sangat longgar tidak mengherankan setelah
seminggu pun jumlah penderita baru Covid-19 masih ribuan.
Bahkan masih terus di atas 3.000 setiap hari.

Demikian juga jumlah yang meninggal dunia. Sampai melebihi yang meninggal
di Tiongkok (sudah termasuk Hongkong, Taiwan, dan Macau).

Lock down di Wuhan tidak seperti itu. Benar-benar lock down keras.

Saya pun minta gambaran konkrit dari jaringan saya di Tiongkok.
Seperti apa sih lock down di Tiongkok itu.

Ternyata seperti ini:

Sejak 27 Februari lalu semua orang harus men-download satu apps
di ponsel mereka. Nama apps itu: ๅฅๅบทๅฎ baca: jian kang bao.
Artinya: Sehat Itu Harta Karun. Atau: harta karun berbentuk sehat.

Dengan men-download apps tersebut semua orang terhubung dengan
pusat kesehatan nasional.

Sejak itu di layar ponsel penduduk muncul status kesehatan mereka
masing-masing: Hijau, Kuning, atau Merah.

Ponsel telah berfungsi pula sebagai kartu kesehatan.

Di masa lock down itu semua orang tidak boleh keluar rumah.
Kecuali yang diizinkan oleh petugas. Petugas itu berdiri
di mulut-mulut gang atau di jalan-jalan.

Bagi yang benar-benar punya urusan penting mereka harus
menunjukkan ponsel ke petugas. Mereka harus menunjukkan
status kesehatan masing-masing yang ada di layar ponsel.

Kalau layar ponsel mereka warna hijau berarti diizinkan.
Tapi terbatas. Misalnya ke supermarket atau ke toko obat.

Tapi kalau layar di ponselnya warna kuning mereka tidak boleh
ke mana-mana. Apalagi warna merah.

Dari mana asal status kesehatan itu? Siapa yang memberi
status hijau, kuning, atau merah itu?

Semua itu berasal dari big data.

Ketika dulu Anda men-download apps 'Harta Karun' itu Anda harus
menjawab banyak pertanyaan yang muncul di layar.
Pilihan jawabannya sudah ada di bawah pertanyaan. Tinggal pilih.

Sebelum masuk ke bagian pertanyaan, Anda harus membaca deklarasi
di situ: bahwa Anda sendiri yang menjawab, bukan orang lain.

Bahwa Anda mengisinya dengan jujur. Bahwa kalau tidak jujur
bersedia menanggung konsekuensi hukumnya.

Lalu masuk ke pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaannya banyak: ada 16 soal.

Misalnya ke mana saja selama 14 hari terakhir.
Apakah sedang batuk/demam/panas.
Apakah pernah ke kantor selama 14 hati terakhir.
Di kecamatan mana kantornya.

Dan banyak lagi.

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak hanya muncul
sekali waktu download.

Itu muncul setiap hari. Sekali lagi: setiap hari.
Setiap jam 10.00. Dan setiap hari pula Anda harus
menjawabnya --lalu send.

Semua jawaban itu masuk ke sentral data. Terpusat.
Jadilah big data. Semua itu terkumpul dalam sebuah big data.

Big data-lah yang menjadi sumber. Untuk diproses.
Lalu muncullah status hijau, kuning, atau merah
di layar ponsel.

Di bagian atas layar ponsel itu juga terlihat hari,
tanggal, bulan, tahun dan jam. Lalu ada foto wajah Anda.

Di bawah foto Anda itulah warna hijau, kuning,
atau merah ditampilkan.

Dengan demikian ketika Anda menunjukkan layar ponsel
ke petugas akan terlihat foto Anda,
tanggal-hari-bulan-tahun-jam, dan status kesehatan
Anda: hijau, kuning, atau merah.

"Apakah Anda sendiri yang memasang foto itu di layar
apps tersebut?“ tanya saya.

"Bukan," jawabnya. "Waktu download Apps, saya diminta
menghadapkan wajah ke kamera. Wajah saya terfoto.
Langsung muncul di Apps itu," tambahnya.

Berarti big data berperan sangat besar dalam sistem
lock down di Tiongkok. Tanpa big data tidak mungkin
bisa terkontrol seketat itu.

Begitu modern sistem lock down di Tiongkok.

Pantas kalau dokter yang diperbantukan ke Milan menganggap
yang terjadi di Italia itu adalah opo tumon.

"Opo Tumon lock down kok begitu".
(Dahlan Iskan).                                                                                     


Saran IDI Lockdown
(Kesehatan).
Oleh : EJB

Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) meminta agar pemerintah segera
melakukan lockdown kalau tidak ingin penyebaran virus corona meluas.

Saya tidak tahu lockdown seperti apa yang dimaksud oleh IDI.
Lockdown itu sendiri artinya mengunci dengan benar benar mengunci.
Apanya yang dikunci? Kalau ingin meniru negara lain, negara mana? 
Apakah ingin meniru China yang lockdown Wuhan.

Baik saya gambarkan secara sederhana lockdown di Wuhan.

Ketika pemerintah pusat China mengumumkan Lockdown kota Wuhan,
maka seluruh kekuasaan kota di bawah Militer.
Semua stasiun kereta, bus dan termasuk bandara di segel oleh aparat.
Artinya tidak boleh ada operasional angkutan.
Semua tempat keramaian di segel. 

Setiap orang Wuhan di monitor oleh sistem IT melalaui gadget mereka.
Artinya mereka harus download aplikasi yang memungkinkan pemerintah
bisa mononitor aktifitas mereka setiap detik.

Sistem IT ini yang menentukan status merah, kuning dan hijau mereka.
Kalau merah, langsung petugas datang membawa mereka ke RS.
Engga bisa nolak. Kalau kuning pemaksaan karantina diri di ruman
dan di monitor setiap detik oleh petugas secara online. 
Tidak boleh keluar rumah.

Setiap kawasan apartement di jaga oleh militer.
Kalau hijau, dapat konpensasi keluar rumah.
Aplikasi pada gadget itu jadi passport mereka 
kalau diperiksa oleh petugas.
Setiap hari status itu bisa berubah. Tergantung hasil monitor.

Selama lockdown itu praktis semua aktifitas bisnis berhenti.
Tidak ada perusahaan dan pabrik buka kecuali tempat tertentu
yang di izinkan, dan itupun SOP nya sangat ketat dibawah
pengawasan aparat.

Bagaimana mereka dapatkan makanan? lagi lagi melalui online.
Pemerintah pastikan semua makanan harganya tidak naik.
Negara melibatkan semua institusi untuk menjamin logistik
dan memastikan makanan sampai di rumah setiap orang.
Apakah makanan itu gratis? tidak. Tetap harus bayar
melalui aplikasi online.
Setiap orang China punya akun di WeChat.

Pada waktu bersamaan pemerintah dengan cepat mengalih
fungsikan semua gedung milik negara yang layak untuk
dijadikan RS khusus Corona. Kurang? dengan cepat
pemerintah membangun RS darurat disemua provinsi
yang terpapar. Ribuan dokter Paramedis Militer
dilibatkan langsung ke RS darurat tersebut.

Semua manajemen berjalan secara IT sistem.
Sekali komando di keluarkan oleh Presiden,
sistem big data dan Egoverment China bekerja, 
sehingga koordinasi berlangsung cepat dan efisien.

Semua real time. Tidak ada istilah terlambat dalam
hitungan menit apalagi jam, atau hari.
Karena mereka berhitung detik.

Semua lembaga riset juga bahu membahu menemukan vaksin
dan menetukan jenis obat yang tepat untuk kasus corona.

Nah bayangkan. Ketika kota Wuhan di lockdown,
semua bisnis berhenti. Kehidupan sehari hari di bawah
pengawasan militer. Orang dipaksa tidak keluar rumah.
Ngeyel? urusannya dengan aparat.

Dan semua itu tidak ada konpensasi dari negara berupa
uang kepada rakyat Wuhan. Kok bisa? ya karena  Wuhan
itu 90% adalah kelas menengah, yang semua orang punya
tabungan untuk bertahan hidup lebih dari tiga bulan.
Tapi negara memberikan stimulus kepada semua perusahaan
yang terkena dampak dari adanya Lockdown kota Wuhan tu.
Konon katanya mencapai $174 billion atau setara dengan
Rp. 2600 triliun.

Itu tidak termasuk pemangkasan suku bunga. Sehingga
ketika kota wuhan unlock, mesin ekonomi kembali berputar
untuk terjadinya sustainable growth.
Dan akhirnya mereka jadi pemenang.

Nah apakah lockdown itu seperti itu yang kita mau?
Jelas engga ada satupun negara yang bisa.
Secara politik, ekonomi, budaya, agama tidak mendukung
untuk bisa seperti China menghadapi wabah.
Jerman yang hebat saja, hanya bisa mengeluarkan aturan
melarang orang berkumpul lebih dari 2 orang.

Semua negara di dunia jadi keliatan kampungan kalau
melihat cara china memerangi wabah. Benar benar kampungan.
Saya setuju kalau kita meniru jerman saja walau dibilang kampungan