Sabtu, 31 Juli 2021

MASA DEPAN INDONESIA DENGAN KONTRAK KARYA

Tulisan dahsyat wong Yogya

MASA DEPAN INDONESIA DENGAN KONTRAK KARYA

ARAB SAUDI
Datang ke Indonesia disambut sangat terhormat sebagai Tamu Negara yang akhirnya hanya Menginap di Bali tanpa jadi Kerjasama Besar dengan NKRI. 

CHINA
Datang ke NKRI sebagai Negara yang bekerjasama dalam investasi membangun Infrastruktur NKRI dan bersedia KONTRAK KARYA

EUROPA 
Kerjasama yang selama ini berjalan hanya sebagai pembeli Hasil Bumi Indonesia tidak bersedia kerjasama dalam bentuk KONTRAK KARYA. 
Hingga akhirnya Uni Eropa menganggap NKRI di Pimpin Joko Widodo di takuti .

Sebenarnya..., kenapa ada sebagian rakyat yang demo....? 
Sebagian rakyat itu demo..., karena mereka tidak percaya / sama pemerintah. 
Kenapa mereka tidak percaya....? 
Karena mereka tidak tahu apa yang sedang dikerjakan pemerintah. 
Mungkin banyak di antara kita yang tidak tahu..., apa yang diam-diam dikerjakan oleh Pak Jokowi....? 

Saat ini Arab Saudi lagi sadar..., bahwa minyak bumi mau habis..., sehingga Putra Mahkota nya diperintah untuk diplomasi kemana-mana..., dan membangun investasi di negara lain. 
Pemerintah kita juga sadar..., bahwa masa depan dunia ini bukan lagi minyak bumi..., tapi nikel. 

China sudah memiliki teknologi...., dan secara masif  memproduksi Mobil Listrik. 
Uni Eropa tak mau kalah..., mereka telah lebih dulu memproduksi Mobil Listrik dan memperkenalkan ke ujung dunia. Namun mendadak Uni Eropa marah..., karena NKRI melalui PERMEN No 11 tahun 2019 melakukan penghentian ekspor bahan mentah bijih nikel ke Eropa. Uni Eropa menggugat Jokowi ke WTO..., karena larangan ekspor ini. 

Dan jokowi menjawab...: “Indonesia tidak lagi ekspor bijih nikel..., Indonesia akan membangun sendiri pabrik baterai untuk bahan bakar mobil listrik....”. Apakah kita tahu cerita ini....? Tentunya tidak semua dari kita tahu cerita ini. Apakah Jokowi cuma membual....? Tentu tidak..., Jokowi tidak ada 'potongan' sebagai pembual. 

PT Vale Indonesia...; adalah perusahaan pertama yang melaksanakan Kontrak Karya penambangan bijih nikel pada tahun 2014..., dan perusahaan tambang ini 58% sahamnya dalah milik perusahaan yang ditunjuk oleh Pemerintah. Artinya apa....? Perusahaan Nikel terbesar ini...., dikelola oleh bangsa sendiri. Dan masih banyak lagi perusahaan nikel lain..., yang berkonsep Kontrak Karya tersebar di Sulawesi. 

Pembangunan perusahaan nikel ini..., amat masif di periode pertama pemerintahan Jokowi. 
Apakah kita tahu itu....? Dahulu...., Indonesia selalu mengekspor bijih nikel mentah ke Uni Eropa. 
Uni Eropa sangat senang...., karena bisa membeli bahan baku baterai dengan sangat murah dari Indonesia. Apa gunanya Eropa mampu memproduksi mobil listrik...., jika tidak punya bahan baterainya....? 

Nah...., sekarang bayangkan juga konglomerat yang sudah makan enak hasil ekspor nikel ke Eropa....? Mereka pasti gigit jari...,  karena sudah dilarang .. Apakah mereka diam....? Pastinya tidak...., dan sudah pasti melawan dengan berbagai cara. 

Kini...., Jokowi menghentikan tabiat buruk itu. Jokowi membangun perusahaan nikel dari hulu ke hilir..., sehingga kita tidak akan menjual nikel dalam bentuk bahan mentah yang murah..., tapi dalam bentuk baterai yang mahal. NKRI siap sejahtera dan makmur. Di satu sisi..., kita mendapat keuntungan yang berlimpah. Di sisi lain...., Eropa akan sangat bergantung pada kita. 

Apa ini jalan mulus....? Kita orang awam melihatnya mulus dan lancar..., tapi apa kita paham perlawanan besar dunia sedang menghantam Jokowi saat ini....? Even presiden yang mereka bilang plonga plongo itu..., di balik layar sedang perang melawan Uni Eropa. 

Apa kita tidak menyadari hal itu....? Seberapa kuat Jokowi mampu memenangkan perang ini....? 
Wong di dalam negeri saja..., banyak di antara kita yang kerjaannya cuma dema-demo. 

Jokowi kemudian membangun perusahaan Baterai Electric Vehicle (EV)..., yang sekalipun banyak diprakarsai perusahaan China..., namun tetap prinsipnya adalah Kontrak Karya. 
Kenapa China....? China adalah negara dunia ketiga...., yang hari ini juga gencar memproduksi Mobil Listrik selain Uni Eropa..., bahkan melewati prestasi Amerika. Uni Eropa hanya ingin membeli bahan baku nikel dari kita..., dan enggan melakukan kerjasama. 

China sadar....; bahwa mereka memiliki teknologi dan SDM Ahli..., tetapi tidak memiliki bahan baku baterai. Sementara Indonesia...., memiliki bahan baku tapi tidak dengan teknologi. Mutualisme ini..., melahirkan investasi yang saling menguntungkan. 

Inilah asal muasal mereka pada heboh TKA China. Mereka menolak...., karena belum tahu latar belakang ceritanya bukan....? Jika bukan China..., masa depan cerah Indonesia akan terlewatkan. 
Arab Saudi sudah diundang..., tetapi tidak mau menanamkan modalnya...., karena jelas Arab Saudi tidak punya teknologi itu. 

China tidak merampas kesempatan pekerja...., karena dalam perjanjiannya China hanya akan mendatangkan tenaga terkait mesin dan alat produksi yang berkaitan dengan teknologi mereka. 
Begitu juga soal TKA China...., yang di Sulawesi. Mereka bertugas mengaplikasikan instalasi alat-alat dari perusahaan China ke Indonesia...., untuk mendirikan pabrik nikel sampai pada produksi baterainya.

Apa wajah masa depan Indonesia....? Minyak bumi akan habis..., Arab Saudi sudah kebingungan untuk menanamkan modalnya kemana-mana. Eropa terutama Jerman...., dan juga Jepang..., sedang banting setir dari otomotif emisi menuju otomotif  listrik...., tapi mereka tidak punya baterainya. 

Hanya Indonesia yang punya 4 keunggulan : Bahan baku...., Lahan...., SDM...., dan Pasar. 
Nah..., bagaimana cara untuk memperlancar itu semua....? Indonesia harus siap infrastruktur ...., karena bentuk geografis kita adalah pulau dengan jangkauan yang sangat luas. 

Lalu regulasi....; Omnibus Law ini adalah senjata jitu ..., untuk memuluskan transisi berpindahnya banyak sekali perusahaan asing ke negeri ini. Lantas...., apa kita tidak takut nanti negara kita dijajah bangsa asing....? Jangan samakan era sekarang...., dengan jaman Pak Harto. 

Sekarang kita sudah memiliki UU Kontrak Karya...., apapun bentuk usaha asing yang masuk ke negeri kita...., minimal 51% sahamnya harus milik perusahaan yang ditunjuk oleh Pemerintah. Kalau sudah menguasai 51% saham...., maka kita adalah pengelola aktif ....; saham yang lain itu hanya menyokong dana dan saran. Apa Jokowi bisa menjamin pelaksanaan UU tersebut....? Buktinya sudah nyata...., yaitu Freeport . Dahulu kita cuma menikmati 9% keuntungan...., sekarang kita sudah memiliki 51% keuntungan Freeport. Apa mereka tahu perjuangan Jokowi untuk merebut 51% itu....? 
Ya sudah pasti tidak tahu...., wong kerjaan mereka cuma mainan hoaks dan demo kemana-mana kok. 

Pada 2030....;  ditargetkan seluruh armada Trans Jakarta adalah Bus Listrik. Dan setelah pabrik baterai...., plan berikutnya adalah pabrik Mobil Listrik. Apakah ini hanya rencana....? Indonesia sudah memulai pembangunan pabriknya...., kalau tidak percaya silahkan googling Mobil Listrik Indonesia. 

Kalau masih belum percaya lagi....? Lihat Perpres Nomor 55 Tahun 2019...., tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Belum percaya lagi....? Lihat produk-produk kebijakan apalagi...., yang sudah dilandaskan pada Perpres tersebut. 

Apa tidak mungkin kita akan menjuarai otomotif dunia...., karena bahan bakunya kita yang punya...?  Pastilah. Apa tidak mungkin kita akan semakmur Arab Saudi di masa mendatang....? Pastilah.  
Jokowi tinggal 4 tahun menjabat..., itupun masih mereka recoki dengan isu-isu hoaks. Nikel..., baterai EV...., dan  mobil listrik adalah masa depan Indonesia. 

Dituliskan Kembali Oleh : Mas Ali Ismail Irfan 
Jogja 11 Juli 2021. 

"Share sebanyak banyaknya. Biar semakin banyak orang yang tau dan ngerti Hebatnya Pemerintah NKRI now. Ayoo nambah pengetahuan arah politik pemerintah drpd denger demo melulu.... 



Sabtu, 03 Juli 2021

Jacob Salatun


Jacob Salatun (kelahiran di Banyumas, Jawa Tengah, 29 Mei 1927 – meninggal di Jakarta, 3 Februari 2012 pada umur 84 tahun) adalah malu seorang tokoh dirgantara Indonesia. Marsekal Muda TNI (Purn.) J. Salatun menjadi perencana berdirinya Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN).[1] dan menjadi Menteri Perindustrian Penerbangan pada Kabinet Dwikora III pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Pendidikan, profesi dan karir

J. Salatun mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Teknik Tinggi Surabaya dan Yogyakarta pada tahun 1944.[1] Kemudian pada 1945 dia bergabung dengan Tentara Zeni Pelajar dan melanjutkan dengan masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawatan Penerbangan (yang kemudian menjadi TNI Angkatan Udara), disini dia menjabat sebagai kepala anggota propaganda dari 1946 sampai 1956.[1] Pada waktu menjadi tentara dalam TKR Jawatan Penerbangan pada ini dia merintis karirnya bersama dengan Wiweko Soepono dan Nurtanio Pringgoadisuryo.[2]

Pada tahun 1951 J. Salatun masuk Sekolah Ilmu Siasat AURI, dan berangkat ke New York, AS pada tahun 1952 untuk berupaya bisa di US Armed Forces Information School (Sekolah Informasi untuk Angkatan Udara AS di New York.[1] Sejak 1956-1968, J. Salatun menjabat sebagai Sekertaris Dewan Penerbangan/ Depanri dan menyelesaikan rencana berdirinya Lapan, yang kemudian dipimpinnya pada tahun 1971-1978.[1] J. Salatun juga menjadi Ketua seksi penerbangan, Komisi Istilah, Lembaga Bahasa & Kebiasaan departemen P & K pada tahun 1951-1966.[1]

Selain kegiatan pada anggota kedirgantaraan pada tahun 1956-1962 dia menjadi anggota Panitia Sensor Film.[1] Dia juga menjabat sebagai Sekretaris Gabungan kepala-Kepala Staf Kementrian Pertahanan pada tahun 1957-1962, serta menjadi Anggota MPRS pada 1960-1966 dan menjadi Anggota Dewan Perancang Nasional pada tahun 1962-1964.[1]

Pada 1963-1967 J. Salatun menjadi Wakil Ketua Proyek Pengembangan Roket Kartika I (1963-1967). Dia menjadi Project Officer Proyek Roket Ionosfer/ Angkasa Luar (1963-1967) dan disaat yang sama menjadi penasihat Ilmiah Menteri/ Panglima AU (1962-1965); Kepala Biro Riset MBAU (1966); Deputi Menteri Perindustrian Penerbangan (1966); Anggota DPR (1967-1968); Pembantu Pribadi KSAU anggota Riset, sejak 1979.

J. Salatun semakin mengukuhkan dirinya sebagai perintis anggota angkasa luar di Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.[3]

Tulisan dan buku

Karya-karyanya ditengahnya adalah:

  • Ke Udara (1947)
  • Sejarah Penerbangan (1950)
  • Putra Angkasa (1954)
  • Menyingkap Rahasia Piring Terbang (1960)

 

Menyingkap Rahasia Piring Terbang (1960)

Dalam bukunya J. Satun minta bantuan Ahli Kebatinan untuk mengetahui
perbedaan antara Mahluk UFO dengan Manusia, dengan pertimbangan
penglihatan Sang Ahli tidak terpengaruh oleh jarak antara
planet bumi - planet UFO.

Berikut ini TJ (Tanya - Jawab) antara mereka.

T: Apa beda dasar Manusia dgn Mhl UFO
J: Manusia punya Emosi > dari Logika
   Mhl UFO Emosinya < 30% Logikanya > 70%, mereka tidak mengenal
   milik Pribadi semuanya milik Bersama. Bekerja saling melayani
   guna Kepentingan dan Kemajuan Bersama. Pertambahan penduduk
   bukan hasil kenikmatan seks tapi menjaga agar tidak punah
   seperti beberapa satwa di Bumi akibat keganasan sekelompok
   manusia Bumi.

T: Berapa jarak antara Planet Bumi - Planet UFO
J: Beberapa thn cahaya, so ilmu fisika mereka beda dengan di Bumi,
   Pesawat Induk UFO melampaui kecepatan cahaya yang tidak masuk
   akal menurut ilmu fisika di Bumi.

T: Kenapa mahluk UFO tidak mau kontak dengan manusia Bumi
J: Mereka berangapan Manusia Bumi berpenyakit Parah. Membangun
   tapi juga menghancurkan, menghibur tapi juga memfitnah.
   Mengadili sesama manusia dan menghakimi sesama manusia.  
   Melalui Nabi Musa Tuhan telah menyampaikan 10 Perintah Nya.
   Sangat sedikit manusia yang BERMANFAAT bagi sesamanya.
   Mahluk UFO semuanya BERMANFAAT bagi sesama mahluk UFO.
   
   Mahluk UFO takut KETULARAN penyakit Manusia tsb. diatas.

HARAPAN:
Semoga makin banyak Manusia yang BERMANFAAT bagi sesamanya.
Saling PEDULI, jauh dari PRASANGKA BURUK dan TEROR terhadap
sesamanya.

Semoga kita SADAR untuk berusaha mengurangi tingkat EMOSI
kita dan menambah tingkat LOGIKA kita agar tidak merugikan
sesama Manusia.
Amiin...